Perjalanan Mengenang Tragedi Karbala

Perjalanan Mengenang Tragedi Karbala
Perjalanan Mengenang Tragedi Karbala
Kami tidak berhenti di Babilon meski di situ ada makam Nabi Ayub. Kami langsung ke Najaf: ke makam Sayidina Ali bin Abi Thalib. Dialah sahabat utama Nabi Muhammad SAW yang menjadi khalifah ke-4 pada zaman Khulafaur-rasyidin. Dialah tokoh sentral golongan Syiah.

Luar biasa banyaknya pengunjung makam Sayidina Ali yang juga menantu Nabi Muhammad itu. Banyak sekali peziarah yang sangat emosional: meratap, mengusap, dan menciumi pintu makam yang letaknya di dalam Masjid Imam Ali tersebut. Setelah ziarah, kami salat dua rakaat di dekat makam itu. Tentu kami segera diketahui bukan orang Syiah lantaran kami salat tidak menggunakan thurob.

Thurob adalah tanah kering yang berbentuk bundar seperti kue mari. Thurob harus diletakkan di lantai, tepat di lokasi kening kita saat bersujud. Semua orang Syiah mengantongi thurob di sakunya. Ke mana pun mereka pergi dan di mana pun mereka salat, sujudnya harus di thurob itu.

Waktu pejabat tinggi Iran datang ke Jakarta beberapa bulan lalu dan saya bertugas menjemputnya di bandara, saya juga melihat itu. Waktu itu, sang pejabat minta salat di bandara. Saya jadi makmumnya. Saya lihat beliau merogoh saku dan meletakkan thurob di tempat sujud. Waktu saya ke Iran tahun lalu, saya juga membeli thurob di sana. Namun, ke Najaf kali ini, saya membeli thurob lagi karena yang dari Iran dulu diminta orang.

SUNNI berlebaran Minggu, Syiah keesokan harinya. Di Iraq, tidak ada gejolak atas perbedaan itu. Pemerintah tidak terlibat. Masing-masing golongan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News