Perjalanan Ockto Ryanto Parlaungan Mengejar Cita-Cita Jadi Komikus
Baru Rasakan Dapat Uang setelah Lima Tahun
jpnn.com - Sebagai bagian dari industri kreatif, buku komik termasuk belum mendapat tempat yang layak di tanah air. Meski demikian, sejumlah komikus lokal terus berjuang walaupun harus jatuh bangun menahan gempuran komik-komik asing. Salah satunya Ockto.
Laporan Dian Wahyudi, Jakarta
SAMBIL mengacungkan pedang di tangan kanan, Jenderal De Kock yang berada di atas benteng berteriak memerintah pasukannya untuk menembak. Moncong-moncong meriam yang sudah diarahkan ke sasaran seketika menyemburkan peluru-peluru berbentuk bola.
Di sisi berlawanan, Pangeran Diponegoro memberikan instruksi yang sama. Di atas kuda yang mengangkat dua kaki depannya, Diponegoro menyeru pasukannya untuk menyerbu. Keris di tangan kanannya diacungkan ke arah pasukan Belanda.
Perang sengit pun terjadi. Dari sisi kekuatan, tentu saja pasukan Belanda di atas angin. Banyak pasukan Pangeran Diponegoro yang berguguran karena terkena tembakan meriam dan senapan laras panjang tentara kolonial.
Namun, tiba-tiba ada pemandangan aneh. Di antara dua pasukan yang sedang bertempur dengan kekuatan yang tidak seimbang, ada lima anak siswa SMP yang panik dan bingung. Penampilan mereka tampak kontras. Model baju yang dikenakan berbeda dengan pakaian yang dikenakan pasukan Pangeran Diponegoro ataupun tentara Belanda. Mereka berpakaian layaknya anak sekarang yang sedang bermain.
Lima anak itulah yang kemudian menjadi tokoh sentral komik Merdeka: Di Bukit Selarong karya Ockto Baringbing, komikus muda asal Jakarta, tersebut. Cerita ber-setting situasi Perang Diponegoro (1826–1830), namun alurnya sedikit ”menyimpang” dari perjalanan sejarah yang sebenarnya.
Secara garis besar, lima murid SMP Sangsaka itu digambarkan melompat ke zaman perjuangan Pangeran Diponegoro setelah mendapat tugas membuat makalah dari gurunya.
Sebagai bagian dari industri kreatif, buku komik termasuk belum mendapat tempat yang layak di tanah air. Meski demikian, sejumlah komikus lokal terus
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala