Perjuangan Dian Syarief Mengedukasi Masyarakat tentang Penyakit Lupus

Maju ke Menkes dan Adakan Sayembara Teliti Obat

Perjuangan Dian Syarief Mengedukasi Masyarakat tentang Penyakit Lupus
TELATEN: Chairperson Syamsi Dhuha Foundation, Dian Syarief di depan kantor. Yayasannya getol mendidik masyarakat tentang penyakit lupus. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
Wanita berkulit cerah itu mengungkapkan, ongkos obat yang berat tersebut membuat dirinya tergerak untuk membantu. Salah satu caranya, menyurati menteri kesehatan yang saat itu dijabat Siti Fadilah Supari. Dia meminta Kementerian Kesehatan menurunkan biaya obat lupus. Caranya, Dian menggalang tanda tangan para odapus dan relawan untuk dikirimkan ke Siti Fadilah.

Upaya Dian tak berhenti sampai di situ. Dia bahkan mendesak bertemu langsung dengan ibu menteri. Saat bertemu, Siti Fadilah sempat meragukan keinginan Dian tersebut. Sebab, ungkap dia, jumlah penderita lupus menurut Siti tidak terlalu banyak hingga Kemenkes harus memberikan kebijakan khusus. "Jumlah penderitanya memang sedikit. Tapi, jumlah itu bukan sekadar angka, namun jiwa. Bagi odapus, berhenti mengonsumsi obat berarti kartu mati. Satu jiwa saja yang meninggal karena lupus means something," tegasnya.

Upaya Dian menuai hasil. Beberapa obat lupus dimasukkan dalam askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin). Namun, kebijakan berubah saat Kemenkes dipimpin Endang Rahayu Sedyaningsih. Askeskin dihapus menjadi jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat). Anggaran jamkesmas pun tidak langsung diklaimkan ke pusat. Dana tersebut langsung didrop ke rumah sakit. Rumah sakitlah yang menentukan apakah obat-obat tertentu mendapat subsidi atau tidak.

Dian tak kehilangan akal. Dia mengontak sejumlah rumah sakit agar memasukkan obat bagi odapus dalam daftar jamkesmas. Dia juga menggandeng sejumlah apotek besar di Bandung agar memberikan diskon khusus bagi para odapus. "Mereka kan rutin beli dan minum obat di apotek itu. Masak kok nggak diberi diskon," katanya.

Penyakit lupus memang cukup merepotkan. Susah dideteksi, belum ada obatnya, hingga tak jelas penyebabnya. Mantan Manajer Komunikasi Bank Bali Dian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News