Perjuangan Johan S. Mansjur Menyosialisasikan Kedokteran Nuklir
26 Tahun Kampanye Nuklir Keliling Tanah Air
Senin, 23 Januari 2012 – 00:46 WIB
Salah satu masalah yang menghambat kemajuan kedokteran nuklir di Indonesia adalah besarnya fobia masyarakat terhadap nuklir. Itu terjadi karena berbagai musibah yang mereka lihat terkait dengan nuklir. "Jangan anggap nuklir itu seperti bom nuklir. Kadar yang digunakan untuk pengobatan kalau dibandingkan dengan bom hanya sebutir pasir," ungkap Johan.
"Selama 26 tahun saya berkeliling Indonesia untuk mengampanyekan keamanan kedokteran nuklir, tapi sampai sekarang tak ada hasil signifikan. Sampai saya capek sendiri," sambung dia, lantas tersenyum.
Johan memberikan ilustrasi. Kalau ada pasien yang diminta periksa ke bagian radiologi, yang bersangkutan tidak banyak bertanya dan langsung melakukannya.
Lain lagi dengan pasien yang diminta memeriksakan diri ke bagian kedokteran nuklir. Ada saja alasannya. Yang paling ditakutkan adalah persoalan keamanan dan radiasi. Padahal, radiasi nuklir relatif lebih rendah daripada yang berasal dari radiologi.
Nuklir tidak melulu bom. Energi luar biasa itu juga bisa diaplikasikan untuk dunia kedokteran. Misalnya, yang dikembangkan Bagian Kedokteran Nuklir
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408