Perjuangan Johan S. Mansjur Menyosialisasikan Kedokteran Nuklir

26 Tahun Kampanye Nuklir Keliling Tanah Air

Perjuangan Johan S. Mansjur Menyosialisasikan Kedokteran Nuklir
Prof DR dr Johan S. Mansjur di ruang kerjanya di RSHS, Bandung. Foto : Dinarsa Kurniawan/Jawa Pos

Sayang, tidak semua rumah sakit berani menempuh langkah serupa. Salah satu yang dijadikan contoh Johan adalah RSUD dr Soetomo, Surabaya. "Dulu, Bandung dan Surabaya relatif sama dalam peralatan. Sayang, SDM (sumber daya manusia) di sana seperti enggan menggenjot kedokteran nuklir agar lebih maju," ucap dia.

Peralatan itulah yang menjadi muara mandeknya pengembangan kedokteran nuklir di Indonesia. Karena mahalnya peralatan, pemerintah malas memberikan perhatian sehingga rumah sakit lain menjadi tidak maju. Berdasar data kemajuan teknologi kedokteran nuklir, Indonesia kalah oleh Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Sebagai deskripsi, Johan menyebutkan bahwa di Jepang ada 3 ribu kamera gama. Indonesia" Hanya sepuluh! Peralatan itu pula yang menjadikan rendah minat kalangan kedokteran untuk mengambil kedokteran nuklir. Di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, misalnya, hanya 19 dokter yang berminat mengambil spesialisasi nuklir.

"Jujur saja, hasilnya memang masih kalah oleh dokter spesialis lain. Sebab, kami tidak bisa buka praktik sembarangan. Di rumah sakit saja, tidak semua rumah sakit bisa, apalagi buka praktik di rumah," beber Johan.

Nuklir tidak melulu bom. Energi luar biasa itu juga bisa diaplikasikan untuk dunia kedokteran. Misalnya, yang dikembangkan Bagian Kedokteran Nuklir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News