Perjuangan Melawan Belanda, Tutut Lihai Bikin Granat
Sebuah peristiwa nyaris merenggut nyawanya. Saat salah satu teman pabriknya membuat kecerobohan, berniat memadatkan bubuk mesiu ke dalam granat malah menimbulkan ledakan hebat.
Lima orang cacat tetap pasca ledakan itu terjadi. Mulai buta, tangannya hancur dan masih banyak lagi. Sedangkan Tutut selamat.
“Jarak saya hanya lima meter, tapi melihat ledakan langsung reflek meloncat ke balik jendela,’’ katanya.
Insiden itu tak hanya terjadi sekali atau dua kali. Cuaca di Ngawi yang relatif panas membuat ledakan granat ataupun mortir kerap terjadi.
Tak heran, jika pengelola pabrik memilih untuk memindahkan lokasi pabrik itu ke Katerban, Dungus, Madiun.
‘’Sampai akhirnya pindah lagi ke Kediri karena dianggap lebih strategis. Tapi karena terjadi kisruh perang akhirnya buyaran dan pulang ke rumah,‘’ terangnya.
Kata dia, mulai bekerja mengisi bubuk mesiu di pabrik persenjataan tidak banyak agresi militer di Ngawi. Belanda memilih menyingkir pasca terjadi perlawanan di mana-mana.
Jika tentara Belanda dalam jumlah besar datang, mereka biasa masuk ke goa persembunyian di kebun belakang pabrik maupun dekat rumahnya.
Para perempuan Ngawi, Jawa Timur, juga ambil bagian dalam perjuangan melawan agresi militer Belanda.
- KPPB Gelar Dunia Tanpa Luka, Meiline Tenardi Serukan Setop Kekerasan terhadap Perempuan
- Begini Cara ASABRI Merayakan Peran Perempuan
- Cerita Local Hero dari Badau, Berkontribusi pada Keluarga & Sekitar
- Peringatan HAKTP, KOPRI PB PMII Ajak Seluruh Masyarakat Cegah Kekerasan Seksual
- Pemkot Tangsel & Mayarakat Bersinergi Wujudkan Ruang Kreasi Penyandang Disabilitas
- Pendanaan Startup Perempuan Masih Rendah, InnovateHer Academy 2.0 jadi Solusi