Perjuangan Muhammad Hartono Mengakhiri Siksaan Penyakit Akalasia
Tak Ingin Kekurangan Gizi, Makan Malam Empat Kali
Akibatnya, makanan pasien tersebut masuk tidak pada tempatnya. Makanan menyebar di rongga perut dan rongga dada. Maka, ketika si pasien memeriksakan diri ke Iwan, tindakan pertama yang dilakukan adalah menutup kebocoran itu.
’’Hal tersebut tidak termasuk kasus malapraktik. Tapi, sebuah risiko buruk yang bisa saja terjadi pascaoperasi,’’ kata dokter yang pernah mendalami ilmu di National University Hospital, Singapura, tersebut.
Sebenarnya, akalasia bersifat stagnan. Hanya, imbuh Iwan, ada beberapa penyebab yang bisa memicu akalasia bertambah parah. Misalnya, stres dan panik. Bila sudah demikian, rasa sakit yang dialami pasien bakal berlipat ganda.
’’Kelainan ini tidak bahaya, tapi menyiksa. Asupan gizi juga tidak bisa masuk ke tubuh penderita. Kalau terlalu lama, dapat berimbas pada kondisi buruk tubuh lainnya,’’ tandasnya. (*/c5/ari)
Pasien akalasia, kelainan dalam organ pencernaan, kini bisa bernapas lega. Teknologi kedokteran mutakhir mampu mengatasi penyakit langka itu dengan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara