Perjuangan Sastrawan Putu Wijaya Melawan Pendarahan Otak
Ingin Tetap Berkarya meski Lewat Lisan
Senin, 08 Oktober 2012 – 01:41 WIB
"Slang di hidung itu membantu kami untuk memasukkan makanan," ujar Rista Yanti, adik ipar Putu Wijaya, yang ditemui Kamis (4/10).
Tanpa NGT, kata dia, Putu tidak bisa makan dan minum. Semua akan tertahan di rongga mulut karena, untuk sementara, sarafnya tidak memiliki kemampuan menelan. Beruntung, tindakan brain wash yang berbasis radiologi intervensi berhasil membuat beberapa saraf sastrawan 68 tahun itu mulai membaik. Kini keluarga mencoba memberikan rangsangan berupa madu yang dioleskan di bibir. Putu diminta menjilat dan menelannya.
Teknik digital subtraction angiography (DSA) yang masih menjadi standar baku untuk menunjukkan anatomi pembuluh darah otak (cerebrovascular) juga membawa berbagai harapan baru untuk keluarga. Mereka berharap Putu kembali bisa menelan makanan dengan normal.
"Terapinya memang cukup lama. Hasil DSA sudah cukup baik untuk mengurangi pendarahannya. Setelah ini, Mas Putu menjalani gamma knife," terang Rista yang didapuk menjadi juru bicara keluarga.
Sudah sebulan ini sastrawan dan dramawan Putu Wijaya terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta. Meski begitu, dia tetap
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408