Perjuangan Sastrawan Putu Wijaya Melawan Pendarahan Otak

Ingin Tetap Berkarya meski Lewat Lisan

Perjuangan Sastrawan Putu Wijaya Melawan Pendarahan Otak
Putu Wijaya bersama istrinya, Dewi Pramunawati di ruang kencana RSCM Jakarta Foto : dokumentasi keluarga Putu Wijaya for Jawa Pos.
Pengobatan laser itu menjadi tumpuan harapan untuk tetap menjaga memori Putu. Apalagi, keluarga sangat menghindari operasi. Mengapa? Berdasar penjelasan para dokter, operasi bisa memicu Putu untuk pensiun dari dunia seni dan sastra. Sebab, sebagian memorinya bakal hilang.

Itu berarti kemampuannya untuk menghasilkan karya sastra dikhawatirkan juga ikut hilang. Atas pertimbangan itulah, dokter menyarankan cara lain, yakni melalui gamma knife. "Sejauh ini kesadaran Mas Putu masih sangat bagus, tidak kehilangan memori sama sekali," katanya.

 

Keluarga makin mantap melaksanakan tindakan medis gamma knife karena tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Informasi yang diperoleh keluarga, tindakan medis itu bisa menekan kambuhnya pendarahan hingga 8 persen dan meningkat jadi 1 persen di tahun kedua.

 

Rista lantas memberikan bukti upaya penyelamatan memori Putu termasuk urutan atas selain nyawa. Dia menyebutkan bahwa seniman kelahiran Puri Anom, Tabanan, Bali, itu sampai sekarang masih terus berkarya. Meski, Putu tidak menulis sendiri karya sastra yang digagasnya. Dia mengungkapkannya secara lisan, sedangkan Rista yang mengetik.  "Saya sering ketinggalan dan salah ketik," katanya, lantas terbahak.

 

Sudah sebulan ini sastrawan dan dramawan Putu Wijaya terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta. Meski begitu, dia tetap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News