Perjuangan Seorang Ibu Demi Menyekolahkan Anaknya
Sabtu, 22 Oktober 2016 – 00:07 WIB

Fauziah dibantu putri bungsunya berjualan serabi di pinggir jalan lingkungan Pejarakan Ampenan, Kamis (20/10). Foto: Ferial/ Lombok Post/JPNN.com
"Pernah ada yang buat di Rembiga tapi rasanya beda," ujarnya sambil membalik serabi di atas tungku.
Serabi tersebut banyak diburu pembeli. Tak hanya warga sekitar namun juga warga kelurahan lainnya.
Hal ini dikarenakan rasa khasnya yang berbeda dengan serabi lainnya.
Serabi ini lebih menonjolkan rasa gurih santan dan manisnya gula aren.
Fauziah mulai berjualan sejak setahun yang lalu. Sebiji serabi lak-lak dihargai Rp 1.000.
Dalam sehari ia menghasilkan uang hingga 300 ribu, dengan keuntungan bersih dalam kisaran Rp 100 ribu.
Ia menuturkan, tak mudah membuat serabi agar sama dengan rasa originalnya.
Perlu belajar hingga berbulan-bulan untuk menghasilkan rasanya yang pas dengan lidah. "Namun saya tidak menyerah," akunya.
MATANYA kemerahan bergulat dengan kepulan asap tungku. Sesekali, tangannya mengusap keringat yang menetes di dahi. FERIAL AYU, Mataram Perlahan
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara