Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati
Pilih Pulang meski Digaji Rp 100 Juta di Luar Negeri
Sabtu, 14 Juli 2012 – 00:14 WIB
Yudiutomo, yang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai nyawa baru PT BatanTek, memulai obrolan dengan bercerita singkat tentang perjalanan hidupnya. Lahir di Jogjakarta, 15 Maret 1963, Yudi mengaku sudah menyukai ilmu nuklir sejak di SMA Negeri 1 Jogjakarta.
"Saat pelajaran Fisika dijelaskan tentang adanya atom, yang "ukurannya sangat kecil tapi energinya luar biasa besar. Itu memancing keingintahuan saya," kata Yudi kepada Jawa Pos yang menemui di kantornya Rabu (4/7) lalu.
Keingintahuan tersebut mengantarnya masuk ke Fakultas Teknik Nuklir di Universitas Gadjah Mada (UGM). Berkat prestasi akademiknya, setelah meraih gelar sarjana, Yudi langsung diterima sebagai dosen di almamaternya dengan status calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Tetapi hanya berselang enam bulan, Yudi harus meninggalkan UGM karena mendapat beasiswa untuk memperdalam ilmu nuklir di Iowa State University pada jenjang S-2 dan S-3. Hebatnya, dia mampu meraih gelar MSc dan PhD dalam waktu enam tahun. Capaian itu mengukuhkan Yudi sebagai orang Indonesia termuda yang berhasil merengkuh gelar doktor di usia 32 tahun pada 1995.
Ilmuwan nuklir di Indonesia termasuk langka, apalagi yang reputasinya sampai diakui dunia. Salah satu yang langka itu adalah Ir Yudiutomo Imardjoko
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara