Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati

Pilih Pulang meski Digaji Rp 100 Juta di Luar Negeri

Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati
Yudiutomo di depan bengkel nuklir PT Batan Teknologi, Tangerang Selatan. Foto : Yudiutomo for Jawa Pos
Sebelumnya, seorang tenaga ahli dari AS gagal memberikan solusi bagi BatanTek. Akibatnya, klien-klien rumah sakit (RS) yang selama ini menjadi pelanggan BatanTek mulai mencari pasokan radioisotop ke produsen lain. Dalam kondisi seperti itu, Yudi kemudian mengajak Dr Kusnanto, sahabatnya saat menimba ilmu di UGM, untuk bergabung sebagai direktur produksi BatanTek. Keduanya lantas bersepakat untuk berjuang bersama "sehidup semati".

Bahkan, untuk menghemat biaya, mereka memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah untuk ditinggali berdua. Anak dan istri masing-masing ditinggal di Jogjakarta. Dengan tinggal serumah,  mereka bisa membahas masalah kantor hingga tidak mengenal waktu.

    

Kini usaha yang tidak kenal lelah dua ilmuwan nuklir itu membuahkan hasil konkret. Mereka berhasil menemukan teknik baru pengayaan uranium tingkat rendah untuk memproduksi radioisotop. Oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan, teknik yang belum dikenal di dunia ilmu nuklir ini kemudian dinamai "Formula YK" yang berasal dari gabungan nama Yudiutomo-Kusnanto.

Temuan teknik baru itu pun mulai dipraktikkan. Mulai November 2011, BatanTek kembali bisa memproduksi radioisotop. Klien-klien BatanTek yang sebelumnya pindah ke produsen lain balik lagi ke BatanTek. Di antaranya 11 rumah sakit di Indonesia. Juga pembeli dari luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Jepang, Bangladesh. Agustus nanti, BatanTek mulai mengirim radioisotop ke Tiongkok.

    

Ilmuwan nuklir di Indonesia termasuk langka, apalagi yang reputasinya sampai diakui dunia. Salah satu yang langka itu  adalah Ir Yudiutomo Imardjoko

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News