Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati

Pilih Pulang meski Digaji Rp 100 Juta di Luar Negeri

Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati
Yudiutomo di depan bengkel nuklir PT Batan Teknologi, Tangerang Selatan. Foto : Yudiutomo for Jawa Pos
Dengan teknologi terbaru yang lebih efisien, dibutuhkan dana investasi sekitar Rp 1,6 triliun untuk membuat reaktor dengan kapasitas 22.000 curie per minggu. Jika reaktor baru bisa berproduksi, omzet BatanTek yang saat ini sekitar Rp 3 miliar per minggu bisa meningkat hingga Rp 44 miliar per minggu atau sekitar Rp 2,2 triliun per tahun.

"Hitungan kami, 3 tahun sudah BEP (break even point atau balik modal, Red), padahal umur reaktornya bisa sampai 50 tahun," ujarnya mantap.

Menurut Yudi, hal itu bisa dicapai dalam hitungan beberapa tahun lagi. Dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, dia optimistis BatanTek mampu menjadi pemain besar di Asia, bahkan dunia. (*/ari)

Ilmuwan nuklir di Indonesia termasuk langka, apalagi yang reputasinya sampai diakui dunia. Salah satu yang langka itu  adalah Ir Yudiutomo Imardjoko


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News