Perjuangkan HAM di Perbatasan, Diteror Akan Dikubur 7 Meter

Perjuangkan HAM di Perbatasan, Diteror Akan Dikubur 7 Meter
Pastor John Djoga yang ditemui di kediamannya di Arso Kota Kabupaten Keerom. pastor yang bertugas di Kabupaten Keerom ini meraih Yap Thiam Hien Award yakni peghargaan pengabdian untuk Hak Azasi Manusia di Papua (foto: Isak/cenderawasih pos)
"Sejauh ini kegiatan-kegiatan gereja, baik Katolik maupun Protestan, di Papua juga dianggap sebagai orang yang membela Organisasi Papua Merdeka. Padahal, anggapan itu salah. Kami selama ini bekerja untuk mengangkat harkat dan martabat orang Papua," ujarnya.

Banyak suka dan duka dialami John ketika memperjuangkan hak asasi di daerah perbatasan. Pengalaman menarik yang tidak pernah dia lupakan seumur hidup ketika harus memperjuangkan hak-hak penduduk asli di Keerom. Hal itu terjadi ketika Gubernur Papua Barnabas Suebu berkunjung Ke Kabupaten Keerom, tepatnya di Kampung Workwana, pada 2007.

"Ketika itu saya dipercaya oleh tujuh kepala suku di daerah perbatasan untuk menyampaikan aspirasi kepada gubernur Papua. Masyarakat meminta militer nonorganik, terutama Kopassus, ditarik dari daerah perbatasan, karena hidup mereka semakin tidak bebas," kisahnya.

"Setelah aspirasi masyarakat tersebut saya sampaikan ke gubernur, saat dalam perjalanan pulang ke rumah, saya mendapat teror dari anggota militer. Katanya, saya akan dikubur dalam tanah tujuh meter. Saya ingat betul orang yang mengancam saya tersebut. Saya sempat takut, namun saya tetap percaya bahwa hidup ini hanya di tangan Tuhan dan kebenaran tidak akan pernah dikalahkan. Terbukti, saya tetap melaksanakan tugas saya membela masyarakat sipil sampai saat ini," sambungnya.

Pejuang hak asasi manusia (HAM) yang mendapat penghargaan Yap Thiam Hien tahun ini adalah Pastor John Djonga. Dia tinggal di Arso Kota, Kabupaten

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News