Perkawinan Usia Anak Salah Satu Penyebab Kasus Pada Balita ini
jpnn.com - MATARAM - Perkawinan usia anak menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting atau kekerdilan pada bayi.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah mengajak masyarakat menghindari perkawinan usia anak.
"Kasus stunting disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya maraknya perkawinan anak," ujar Sitti Rohmi Djalilah dalam keterangannya, Selasa (30/8).
Menurut Sitti Rohmi, dalam UU Nomor 16/2019 tentang Perkawinan disebut perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak yang dilahirkan dan akan menyebabkan tidak terpenuhinya hak dasar.
"Seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan, hak pendidikan dan hak sosial anak," ucapnya.
Untuk itu, orang nomor dua di Pemprov NTB ini meminta agar anak-anak terus bersekolah setinggi-tingginya dan terhindar dari maraknya perkawinan usia anak.
"Anak-anak didorong sekolah, jangan buru-buru menikah. Anak-anak harus sekolah setinggi tingginya," katanya.
Sitti mengapresiasi penurunan angka stunting di Posyandu Tulip, Lingkungan Kamasan.
Wakil Gubernur NTB menyebut perkawinan usia anak menjadi salah satu penyebab kasus yang sering terjadi pada balita ini.
- Cegah Malnutrisi jadi Solusi Permasalahan Stunting di Indonesia
- Cegah Stunting untuk 1.000 Balita, PAM Jaya Raih Padmamitra Award 2024
- Dukung Pencegahan Stunting, Kalbe Farma Salurkan Bantuan Vitamin D ke Lombok Timur
- Mendes Yandri Sebut Dana Desa 2025 Difokuskan untuk Atasi Kemiskinan hingga Stunting
- Kebun Gizi, Solusi Berkelanjutan Atasi Stunting di Morowali Utara
- Dorong Solusi Nutrisi & Kesehatan, Danone SN Hasilkan 50 Riset Sepanjang 2024