Perlu Ada Standarisasi Bagi Lembaga Survei
jpnn.com - JAKARTA - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menilai perlu ada standarisasi bagi lembaga survei. Langkah ini penting untuk menghindari berkembangnya hasil survei pesanan atau abal-abal.
"Persepsi (Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia) harusnya punya semacam standardisasi. Kemudian, punya standardisasi metodologi," ujar Hamdi Muluk di Jakarta, Selasa (8/7) malam.
Hamdi menilai, menjamurnya lembaga survei akhir-akhir ini kemungkinan didorong kepentingan politik yang beragam di Pemilu. Antara lain hadir guna memenangkan kandidat presiden tertentu.
Sehingga tidak heran survei abal-abal pun dikeluarkan demi memengaruhi sikap pemilih yang masih mengambang.
"Padahal, makna sesungguhnya dari penelitian atau survei itu adalah bagaimana melihat pendapat atau opini publik yang sesungguhnya di masyarakat," katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Persepi, Nico Harjanto yang sekaligus Ketua Yayasan Populi Center menilai, untuk memagari objektifitas survei perlu didorong aspek etika bagi lembaga survei.
Aspek etika diharapkan dapat menghindari adanya manipulasi hasil survei untuk kepentingan tertentu atau pesanan tertentu. "Yang efektif membatasi itu bukan aturan-aturan tertulis, tapi etika. Nah, yang bisa ngerem niatan jahat itu adalah etika," kata Nico. (gir/jpnn)
JAKARTA - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menilai perlu ada standarisasi bagi lembaga survei. Langkah ini penting
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Tersangka, Ada Uang Rp15 M, Peras untuk Pilkada
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad
- Info Terkini OTT KPK yang Menyeret Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living