Perlu Intervensi Pemerintah untuk Pengembangan Obat Modern Asli Indonesia

Perlu Intervensi Pemerintah untuk Pengembangan Obat Modern Asli Indonesia
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro saat meninjau proses pembuatan OMAI. Foto: Humas Kemenristek/BRIN

Direktur Eksekutif DLBS Raymond Tjandrawinata mengatakan, sebagai organiasi riset bahan alam saat ini DLBS sudah menghasilkan 18 produk berizin edar Fitofarmaka dari 26 produk fitofarmaka di Indonesia. Upaya itu merupakan langkah mendorong kemandirian bahan baku obat nasional sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

"Melalui DLBS, Dexa Group melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan ketersediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari makhluk hidup. Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan 18 produk berizin edar fitofarmaka dari 26 produk berizin edar Fitofarmaka di Indonesia," kata Raymond.

Saat ini DBLS sendiri telah menghasilkan OMAI di antaranya Inlacin yakni produk obat diabetes fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang telah diekspor ke Kamboja dan Filipina. Selain itu, produk fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung. (esy/jpnn)

 

Menurut Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, perlu intervensi pemerintah untuk pengembangan Obat Modern Asli Indonesia alias OMAI.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News