Perlu Pengawasan Ekstra Ketat
Ujian Calistung Diganti Nomor Pendaftaran atau Pertimbangan Umur
Selasa, 21 Februari 2012 – 07:50 WIB
Badriyah juga mengatakan, selama ini sejatinya sudah ada intruksi bagi SD supaya meninggalkan ujian calistung. Tetapi jawabannya selalu klasik. Yaitu, ujian calistung dilakukan karena terpaksa. "Ujian calistung digunakan sebagai solusi tidak imbangnya kapasitas bangku belajar, dengan peminat," tutur Badriyah.
Sekilas alasan tadi masuk akal. Tapi, menurut Badriyah alasan itu tidak tepat. Untuk menyeleksi peserta didik, SD sejatinya cukup menggunakan nomor urut pendaftaran saja. Saringan berikutnya bisa dilakukan dengan pertimbangan umur. Contohnya, anak-anak yang umurnya lebih besar mendapatkan prioritas dulu. Tidak seperti sekarang, banyak anak-anak SD kelas I usianya kurang dari 7 tahun.
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud Reni Akbar Hawadi menegaskan SD tidak boleh menerapkan ujian calistung. Laporan praktek ujian calistung rame dikeluhkan di SD-SD berlabel RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional) dan sejumlah SD favorit. Ujian calistung dinilai hanya menjadi alat untuk menjaga gengsi. (wan)
JAKARTA - Berbagai kalangan menyambut baik sikap tegas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melarang ujian membaca, menulis, dan menghitung
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Ungkap 295 Ribu Guru Belum Sarjana, Solusinya Sudah Disiapkan
- Wahai Guru PNS, PPPK & Honorer, Inilah Poin-poin Penting Pidato Mendikdasmen
- Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihilangkan, Mendikdasmen: Masih Pengkajian
- Ganesha Operation Award 2024 Jadi Ajang Penghargaan Bagi Pengajar dan Alumni
- INSEAD Business School, Jadikan Kerja Sama FWD Group & BRI Life Sebagai Studi Kasus
- Direksi ASABRI Mengajar Para Mahasiswa Magister Universitas Pertahanan