Perlu Revolusi Mental Tahap Kedua
Perjalanan Penuh Nikmat tanpa SPPD
Jumat, 20 Mei 2011 – 01:20 WIB
Keluar kota saya yang kedua adalah ke Ambon, Seram, Saparua, dan Makassar. Semua itu saya lakukan hanya dengan menginap semalam di Masohi, Pulau Seram. Tiba di Ambon pukul 15.00, saya langsung ke proyek PLTU Wai. Saya tidak menduga bahwa ada persoalan di sini. Semula saya ingin menyenangkan diri untuk melihat proyek yang sedang seru-serunya dibangun. Eh, ternyata sedang ada sengketa harga tiang pancang. Mau tidak mau harus saya selesaikan.
Dari proyek ini, kami langsung naik speedboat ke Pulau Seram. Menjelang magrib barulah kami tiba. Langsung melakukan perjalanan darat menyusuri Pulau Seram. Karena harus berhenti di setiap kantor subranting PLN, perjalanan ini memakan waktu empat jam. Menjelang pukul 24.00 kami baru tiba di Masohi. Maka, dialog dengan karyawan PLN Masohi baru bisa dilakukan tengah malam itu di halaman kantor yang diterangi cahaya lampu mercury dan diselingi suara deburan ombak dari pantai Masohi.
Saya melihat betapa banyak PLTD kecil di sepanjang Pulau Seram. Kondisi mesinnya juga sudah sangat tua. Begitu rumit penyediaan listrik di Seram. Karena itu, kami memutuskan segera mengganti diesel-diesel itu dengan membangun pembangkit listrik besar di Seram. Kami putuskan untuk mendayagunakan sumber air terjun di sana sebagai pembangkit listrik yang baru.
Saya melihat, sepanjang sistem penyediaan listrik masih menggunakan diesel-diesel kecil yang berserakan di berbagai tempat seperti itu, pelayanan listrik kepada masyarakat akan sangat ruwet. Misalnya, di salah satu ranting di situ, Ranting Kairatu, yang hanya punya dua penyulang masih megap-megap.