Perlukah Pelajar Sekolah Terlibat Dalam Aksi Unjuk Rasa?
Sejarah mencatat adanya keterlibatan siswa sekolah dalam aksi politik dengan perjuangan turun ke jalan -pikirkan berbagai contoh seperti gerakan anti-Vietnam dan unjuk rasa 'March for Our Lives' di Washington DC, AS.
Pada hari Senin (26/11/2018), Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menjelaskan bagaimana perasaannya tentang pelajar Australia yang mengambil waktu libur sekolah untuk ikut unjuk rasa.
"Kami tak mendukung gagasan anak-anak tak sekolah untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang bisa ditangani di luar sekolah," katanya.
"Kami tak mendukung sekolah kami yang diubah menjadi Parlemen. Apa yang kami inginkan adalah lebih banyak siswa belajar di sekolah dan kurangnya aktivisme di sekolah."
Minggu ini, ratusan pelajar di seluruh Australia mengabaikan saran itu dan bergabung dengan unjuk rasa Student Strike for Climate Action (protes pelajar untuk aksi iklim) -yang dilakukan di Canberra pada hari Rabu (28/11/2018), Hobart pada hari Kamis (29/11/2018), dan ibu kota lainnya mengadakan aksi mereka pada hari Jumat (30/11/2018).
Para ahli mengatakan, ambil bagian dalam aktivisme adalah "terjemahan dari pendidikan kewarganegaraan".
Apa dampak aktivisme terhadap anak?
Psikolog dan penulis, Steve Biddulph, mengatakan aktivisme pelajar memiliki manfaat kesehatan mental yang sangat nyata.
"Scott Morrison benar-benar salah untuk hal yang satu ini," katanya.
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat
- Dunia Hari Ini: Tiga Orang Ditangkap Terkait Meninggalnya Penyanyi Liam Payne
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?