Permintaan Plastik Naik, Bahan Baku Kurang
Saat ini, ada pilihan yang bisa diambil. Yakni, mengembangkan bahan baku indusri petrokimia dari gas maupun batu bara.
’’Sebenarnya sudah ada yang berminat untuk berinvestasi di Bintuni maupun Masela, tetapi baru siap beroperasi pada 2023. Ini terlalu lama. Sebab, kebutuhan kita sudah mendesak,’’ jelasnya.
Apalagi, lanjut Budi, hingga kini belum ada kesepatakan mengenai harga gas di Bintuni maupun Masela.
Di Blok Masela, pemerintah mematok harga gas USD 5,86 per mmbtu.
Angka itu dinilai belum ekonomis bagi industri plastik karena idealnya USD 3 per mmbtu.
’’Ada investor yang mau masuk dengan harga gas USD 3 per mmbtu saja sudah sangat bersyukur. Sebab, prosesnya masih panjang untuk dijadikan bahan baku. Harga bahan baku yang dihasilkan, yakni olefin, harus lebih murah dibandingkan harga polimer, yakni bahan baku plastik yang diolah dari nafta,’’ jelas Budi.
Pilihan pengembangan bahan baku dengan batu bara menjadi opsi yang lebih cepat terealisasi.
Kendala lain yang harus ditempuh industri saat ini untuk pengembangan bahan baku dari batu bara adalah teknologi.
Ketersediaan bahan baku plastik dan petrokimia lokal belum bisa mengimbangi permintaan plastik domestik.
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Jasaraharja Putera & MNC Insurance Teken Kerja Sama Pemasaran
- Bea Cukai Tinjau Perusahaan Penerima Izin Kawasan Berikat di Probolinggo, Ini Tujuannya
- Peredaran Rokok Ilegal Meroket, Pemerintah Harus Segera Bertindak
- 15 Ribu Pengunjung Ditargetkan Hadir di Pameran Plastics & Rubber Indonesia 2024
- Wamenaker Immanuel Ebenezer Ingin Negara Selalu Hadir Memajukan Industri Musik