Permintaan Terakhir Rhys
Sabtu, 08 Mei 2021 – 20:37 WIB

A portrait of teenage Wudinna high school student Rhys Habermann, who died in 2017 after a battle with cancer, next to the framed words "freedom and change". (ABC News: Carl Saville)
"Anak-anak yang lain tidak pernah mengucapkan selamat tinggal untuk Rhys."
"Melihat mereka harus menderita atas semua ini, sangatlah berat."
Beberapa hari setelah kematiannya, Rhys dilepas oleh masyarakat setempat, yang berkumpul di lapangan Wudinna untuk mengenang hidupnya.
Teman-teman Rhys menyampaikan kesan saat-saat indah mereka dan berbagai komentar iseng yang dia lontarkan saat masih hidup.
Peninggalan Rhys
Keluarga Rhys sekarang ambil bagian dalam kampanye mendukung UU Eutanasia Sukarela di Australia Selatan.
Rancangan Undang-Undang (RUU) ini masalah yang sudah berlarut-larut bagi Parlemen Australia Selatan. Sebanyak 17 RUU berbeda telah diajukan sebanyak 22 kali sejak 1995. Belum ada yang lolos jadi Undang-Undang (UU).
Tatkala Rhys Habermann, seorang remaja yang sakit parah, menyampaikan pesan terakhirnya pada suatu malam di bulan Januari yang panas empat tahun lalu, ia bermaksud melindungi orangtuanya dari tuntutan hukum
BERITA TERKAIT
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya