Permukiman Israel Halangi Perundingan
Senin, 16 Juni 2008 – 12:04 WIB
JERUSALEM – Keputusan Israel pekan lalu untuk membangun sekitar 1.300 rumah lagi di Jerusalem Timur, direaksi keras Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Condoleezza ”Condi” Rice. Menurut politikus 53 tahun itu, langkah Israel bakal mengancam kesuksesan perundingan damai dengan Palestina yang ditarget tercapai akhir tahun. ”Saya sangat prihatin bahwa pada saat kepercayaan antar kedua belah pihak sangat dibutuhkan, pembangunan rumah dan permukiman (Israel) berpotensi besar mengandaskan rangkaian proses negosiasi,” tandas Condi. Karena itu, dia akan memanfaatkan kunjungan terakhirnya ke Israel sebagai Menlu kali ini, untuk mendesak Negeri Yahudi itu menghentikan pembangunan di kawasan sengketa tersebut. Selanjutnya, Condi bakal mengangkat isu permukiman sebagai topik bahasan utama dalam pertemuannya dengan Livni dan sejumlah pemimpin Palestina. Demi tercapainya kesepakatan damai Israel-Palestina, dia berharap pemerintahan Perdana Menteri (PM) Ehud Olmert bersedia menghentikan pembangunan permukiman di Jerusalem Timur. Kawasan tersebut, rencananya, akan dijadikan ibu kota Palestina setelah menjadi negara nantinya.
Dalam jumpa pers menjelang pertemuannya dengan Menlu Israel Tzipi Livni kemarin (15/6), Condi mengaku tidak mendukung rencana negara sekutu AS tersebut. Sebab, hingga saat ini, status lahan yang akan disulap menjadi permukiman warga Yahudi di Jerusalem Timur itu masih belum jelas. Kedua belah pihak, Israel dan Palestina, sama-sama mengklaim kawasan itu sebagai wilayah mereka.
Baca Juga:
Namun, seruan Condi itu ditanggapi dingin Yitzhak Cohen, menteri tanpa portofolio dari Partai Shas. Politikus ultra-ortodoks itu menganggap lahan yang akan dijadikan permukiman Israel tersebut masih masuk Israel. ”Ramat Shlomo berada tepat di jantung Kota Jerusalem. Jika kawasan itu tidak diakui (sebagai bagian dari Israel), lantas Israel dianggap apa? Komentar (Rice) itu tidak penting,” ujarnya.
Sejak diluncurkan kembali November lalu, perundingan damai Israel-Palestina yang disponsori AS tersebut memang terus diguncang badai. Mulai dari proyek pembangunan permukiman Yahudi di kawasan sengketa, konflik Hamas-Fatah di Jalur Gaza dan krisis politik dalam negeri Israel. ”Situasi di Timur Tengah, seperti biasanya, tetap rumit,” aku Livni sesaat sebelum bertemu Condi. (AP/AFP/Rtr/hep)
JERUSALEM – Keputusan Israel pekan lalu untuk membangun sekitar 1.300 rumah lagi di Jerusalem Timur, direaksi keras Menteri Luar Negeri (Menlu)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pesawat PSA Airlines dan Heli Militer Tabrakan di Udara, Donald Trump Murka
- Pengungsi Bikin Repot, Mesir Tolak Wacana Relokasi Warga Gaza
- Gerak Cepat, Malaysia & Jepang Berkolaborasi untuk Membangun Kembali Gaza
- Waka MPR Sebut Usulan Trump soal Relokasi Warga Gaza sebagai Upaya Pembersihan Etnis
- Hamas Anggap Pertukaran Tawanan dengan Israel Kemenangan Bersejarah
- Ancaman Trump Berhasil, Kolombia Turuti Kemauan AS soal Imigran Ilegal