Pernikahan Anjing, Antara Kepekaan Sosial dan Konten Medsos

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Pernikahan Anjing, Antara Kepekaan Sosial dan Konten Medsos
Anjing bernama Jojo milik Indira Ratnasari yang dinikahkan dengan anjing bernama Luna menggunakan prosesi adat Jawa. Foto: Instagram/jacko.jackie.joyful.jojo

Tidak hanya itu, keenam anabul tersebut pun memiliki nama berdasarkan jenisnya.

Pesta pernikahan anjing ini memantik reaksi dari Ketua Paguyuban Panatacara Yogyakarta (PPY) Ki Abeje Janoko. Dia menganggap pesta itu melecehkan budaya Jawa yang punya nilai adiluhung.

Ki Janoko melakukan protes keras dan melayangkan somasi terhadap dua pemilik anjing itu. Sebagai bangsa Indonesia, dia merasa dilecehkan.

Sebagai pelaku seni dalam dunia jasa pernikahan, Ki Janoko sangat menjunjung dan menjaga budaya pernikahan adat Jawa yang bersumber langsung dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Prosesi pernikahan tersebut hanya berlaku untuk manusia dengan segala makna indah dan filosofi di dalamnya.

Dia mengaku sangat berkeberatan terhadap prosesi pernikahan anjing tersebut. PPY menuntut kepada orang tua dan pemrakarsa yang terlibat dalam kegiatan ini untuk meminta maaf secara terbuka, baik melalui media elektronik maupun media cetak terhitung 3x24 jam, dan menyatakan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

Netizen pun banyak yang berkomentar tajam. Biaya pernikahan Rp 200 juta dianggap sebagai pemborosan yang berlebihan.

Di tengah kondisi ekonomi yang sangat sulit dan banyaknya rakyat yang menderita, ada segelintir orang yang menghamburkan uang dengan sangat enteng.

Sorotan keras ditujukan kepada Indira Ratnasari. Profilnya sebagai pembaca tarot dan kolektor boneka arwah menjadi sasaran rundungan.

Persoalan pernikahan anjing ini menunjukkan tiadanya sensitivitas atas kondisi sosial masyarakat. Demi konten medos, orang sering kehilangan kepekaan sosial.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News