Pernikahan Masal Warga Mualaf Suku Tengger
Susui Anak di Sela-Sela Ikrar Ijab Kabul
Senin, 02 Maret 2009 – 06:12 WIB
Pernikahan Masal Warga Mualaf Suku Tengger
Sebetulnya, kebanyakan pasangan itu sudah lama menikah. Bahkan, ada yang sudah empat dasawarsa membina rumah tangga. Hanya, saat itu pernikahan mereka tidak dicatatkan di KUA. Baru setelah memilih beragama Islam (mualaf) mereka menikah menurut tata cara Islam. Karena itu, tidak heran bila sebagian di antara mereka yang datang juga mengajak anak cucunya.
Banyak calon mempelai wanita yang merona wajahnya saat digoda Nanang. Di hadapan calon mempelai wanita yang kebanyakan sudah memiliki anak itu, Nanang kerap melontarkan guyonan-guyonan segar. "Bener ta niki calon suami sampeyan (Benar ini calon suami Anda)," katanya sambil menunjuk foto seorang laki-laki, kepada Mujiati, warga Desa Wonocempokoayu, Kecamatan Senduro.
Kontan saja Mujiati menolak karena foto yang ditunjuk Nanang bukan calon suaminya. "Wah, wah, ora gelem diwehi bojone wong liyan (Wah, tidak mau diberi suami orang lain)," kata Nanang. Mendengar celetukan Nanang itu, Mujiati langsung tersipu-sipu. Apalagi, Nanang melanjutkan godaannya saat menanyakan perasaannya menikah kembali. Tak kuasa menahan malu, Mujiati hanya bisa tersenyum malu-malu.
Begitu juga dengan Juwit, adik Mujiati, yang hari itu akan mendengar ikrar ijab kabul dari laki-laki pasangannya. Karena kedua orang tua mereka masih baru menjadi mualaf, baik Juwit maupun Mujiati menggunakan wali hakim untuk akad nikah mereka.
Tak seperti prosesi akad nikah umumnya yang berlangsung sakral, pernikahan masal yang diikuti 70 pasangan warga suku Tengger kemarin berjalan penuh
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu