Pers Indonesia Tidak Baik-Baik Saja
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Perusahaan platform memberi sedikit konsesi melalui mekanisme ‘’third party cookies’’, tetapi mekanisme itu tetap timpang dan perusahaan media tetap tidak bisa mengendalikan data pelanggan sepenuhnya.
Ketergantungan ini begitu besar dan berbahaya, karena perusahaan media akan kehilangan identitas dari konsumen media, dan dengan demikian akan kehilangan kredibilitas dari pemasang iklan.
Para pengiklan lebih suka berhubungan langsung dengan platform digital ketimbang dengan perusahaan media. Keberadaan media hanya dilihat dengan picingan mata.
Di Eropa, aliansi penerbit pernah mencoba melawan FGA, tetapi dengan sekali tebas saja penerbit sudah terjengkang.
Platform digital yang digertak menyerang balik dengan memboikot penerbit.
Akibatnya trafik pembaca melorot sampai 80 persen. Penerbit pun angkat tangan menyerah.
Dengan perjuangan keras dan gigih dan dengan campur tangan pemerintah, penerbit di Eropa berhasil mendapat perlindungan melalui undang-undang ‘’Publisher Right’’.
Australia menyusul mengundangkan ‘’News Media Bargaining Code’’.
Cak Abror menyebut pers Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ada apa sebenarnya? Simak ulasannya di sini.
- Teruntuk Jenderal Listyo Sigit, Anda Dicap Terlibat Merusak Demokrasi di Indonesia
- Hasto: Sosok Penentang Intervensi Jokowi Kini Terpilih di Pilkada Gunungkidul
- PDIP Keok di Kandang Sendiri karena Prabowo dan Jokowi
- Pilkada Dramatis: Paling Sial Rohidin Mersyah, Jakarta Bisa Berdarah-darah
- Dramatik Datar
- Unggul Versi Quick Count, Khofifah-Emil Dapat Ucapan Selamat dari Jokowi