Persekolahan Harus Direvolusi, Konten Pengetahuan Cukup 10%

Rizal menegaskan, untuk menjawab tantangan tersebut, baik policy makers dan guru SMK harus mampu menciptakan ekosistem dan konten baru dengan pendekatan a whole school approach.
Bukan hanya menawarkan program baru seperti DUDI (dunia usaha dunia industri) serta kurikulum baru yang sesuai kebutuhan industri.
Melainkan menciptakan ekosistem dan kondisi di mana anak bisa menjadi dirinya sendiri agar bisa mengeluarkan talenta terbaiknya karena punya gairah (passion) selama belajar di sekolah.
Juga lingkungan belajar yang bisa membuat anak berani memiliki 3D yakni (dream, design, and deliver).
Agar bergairah, lanjutnya, anak tidak diseragamkan kemampuan dan bakatnya.
Namun diberi ruang untuk punya mimpinya sendiri bagi masa depannya, dengan diberikan banyak pilihan dalam meracik kurikulum dan target belajarnya di sekolah.
Di samping berbagai skenario bagaimana mereka belajar sesuai kekuatan yang dimilikinya sendiri.
"Skenario ini akan meningkatkan ketrampilan anak dalam mendesain dan menjalankan proses belajar untuk mencapai mimpinya secara sistematis dan konsisten," kata pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini.
Pengamat pendidikan Muhammad Rizal menilai sistem persekolahan di Indonesia sudah ketinggalan zaman sehingga harus direvolusi
- Algonova Bantu Asah Keterampilan Anak-anak Sejak Dini
- Waka MPR Ibas Berharap Sekolah Rakyat Dibangun di Pacitan, Minta Bupati Siapkan Lahan
- Wakil Ketua MPR Minta Penerapan Wajib Belajar 13 Tahun Dipersiapkan dengan Baik
- Kemnaker dan Kemendikdasmen Teken MoU Sinkronisasi Pendidikan dan Ketenagakerjaan
- Verrell Bramasta: Pendidikan Adalah Kunci untuk Menciptakan Generasi Unggul
- Gen Z Didorong Melek Finansial melalui Edukasi dan Inovasi Digital