Persembunyian WN Tiongkok Selalu Sepi, tapi Banyak Jemuran
“Saya pikir tidak terawat karena belum laku. Makanya wajar terlihat sintru (angker),” terangnya.
Bahkan, juru pemantau jentik (jumantik) tak pernah masuk pekarangan rumah Hendrik. Selain itu, petugas jumantik juga segan memasuki rumah besar dan tertutup itu.
Sampai akhirnya Wijaya dikejutkan penggerebekan di rumah Hendrik yang dihuni puluhan WN Tiongkok.
“Saya kira benar-benar sudah tidak ada aktivitas, tahunya ada penggerebekan. Setelah penggerebekan baru kami tahu kalau selama ini ada orang di dalam rumah,” ucap pria 41 tahun itu.
Namun, sehari setelah penggerebakan, Wijaya baru banyak mendapat laporan dari penghuni indekos di belakang rumah Hendrik. Sebagian penghuni indekos mengaku sering melihat ada banyak jemuran pakaian di halaman belakang.
Anehnya, tidak pernah terlihat siapa gerangan yang menjemur pakaian. Sayangnya, warga tidak berani melapor meski saat itu merasa keheranan.
“Kok bisa, tidak ada penghuninya tapi banyak jemuran. Tapi, penghuni kos tidak berani lapor karena mereka juga pendatang,” imbuh lurah lulusan IPDN Jatinagor, Jawa Barat itu.
Wijaya menambahkan, Hendrik juga sangat jarang berkomunikasi dengan warga dan pihak kelurahan. Padahal, Hendrik adalah pengembang Perumahan Mutiara Abianbase.
Tidak sulit mencari rumah milik Hendrik Pardede di Perumahan Mutiara Abianbase, Mengwi, Badung, Bali yang menjadi tempat persembunyian puluhan WN Tiongkok.
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Praperadilan Ditolak, Polisi Pastikan Pengungkapan Prostitusi Flame Spa Sesuai SOP
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Titik Pulang