Persiapan Para Peserta Lombok Audax Menghadapi Tantangan Gowes 300 Km

Terobos Bundaran HI yang Belum Pulih dari Banjir

Persiapan Para Peserta Lombok Audax Menghadapi Tantangan Gowes 300 Km
(kiri ke kanan) Farley Sumanti, A Krisnamurti, Daryatmo, dan Denny Ramdan yang tergabung dalam komunitas Sewog Sliwer berfoto bersama usai bersepeda melintas di bundaran HI dalam rangka latihan jelang Lombok Audax , kemarin (20/1). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos
Audax merupakan format bersepeda jarak jauh yang pelaksanaannya terdaftar di L"Union Des Audax Francais (UAF) di Prancis. Jarak tempuh yang berhasil dirampungkan peserta akan didaftarkan di Prancis. Audax memiliki moto start together, ride together, finish together. Hal itu membuat peserta harus bersepeda secara berkelompok hingga tiba di finis.

Audax bukan acara fun bike yang hanya having fun. Para peserta adalah orang-orang yang serius bersepeda karena jarak yang harus ditaklukkan tidak main-main. Apalagi, jalur pegunungan Pusuk di Lombok melewati tubir jurang.

Mereka juga wajib menempuh kecepatan rata-rata 22,5 kilometer per jam atau 30 kilometer per jam untuk rombongan cepat. Tentu saja aturan kecepatan itu tidak bisa ketat lantaran seorang cyclist bisa mencapai 50 km per jam di turunan.

Karena jarak yang edan itu, banyak rekan Yayie yang mengundurkan diri. Padahal, mereka sangat ingin ikut. Rata-rata mereka ngeri atas tantangan sehari penuh harus melahap 300 kilometer yang di mana-mana selalu digelar dalam dua hari. Itu membuat mereka harus mengayuh sepeda sejak pukul 04.00 dini hari hingga 21.00.

Bersepeda ratusan kilometer dalam sehari jelas bukan pekerjaan enteng. Butuh persiapan ekstra. Hal itulah yang dilakukan para peserta Lombok Audax

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News