Persis Skenario, Jokowi Sudah Mengganti Orangnya Megawati, Selanjutnya

Persis Skenario, Jokowi Sudah Mengganti Orangnya Megawati, Selanjutnya
Yasonna Laoly. Foto/dokumen : Ricardo/JPNN

"Apakah semua yang terjadi itu kejam? Tidak. Apakah semua yang terjadi itu bisa dibenarkan? Bisa. Apakah semua yang terjadi itu legal? Sangat legal. Apakah ada peristiwa politik yang lebih dahsyat dari yang sekarang ini? Ada," tulisan Dahlan.

Oleh karena itu, Dahlan menilai publik tidak perlu terus-menerus geleng-geleng kepala melihat yang terjadi dalam politik saat ini.

"Anda masih ingat jargon 'Akselerasi Pembangunan 25 tahun'? Itu adalah 'buku induk' untuk mengawali Orde Baru. Itu adalah tahapan pembangunan jangka panjang yang terencana. Agar negara bisa tinggal landas menuju kemajuan," sebutnya.

Dahlan mengatakan setelah "akselerasi" itu ada Trilogi Pembangunan: stabilitas, pertumbuhan, pemerataan. Keamanan harus stabil. Politik harus stabil. Pertentangan politik kanan-kiri harus dibasmi.

Partai-partai kanan disatukan dalam PPP. Partai-partai sekuler dilebur dalam PDI. Diciptakanlah partai tengah yang dominan yang tidak disebut partai: Golkar.

Penentangan luar biasa, tetapi yang menentang ditendang. Komando Jihad diciptakan sebagai jebakan untuk memberangus ekstremis dalam Islam.

Partai nasionalis, Partai Kristen, dan Katolik disatukan dengan konsensus: ketua umumnya harus Banteng, sekjennya harus dari partai Kristen.

"Kata 'konsensus' menjadi mantra saat itu –mirip mantra demokrasi saat ini," ujarnya.

Kolumnis kodnang Dahlan Iskan menilai yang terjadi saat persis skenario. Jokowi sudah mengganti orangnya Megawati. Selanjutnya Ketum Golkar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News