Pertama Datang di Pabrik Kuali Disambut Oknum TNI
Rabu, 08 Mei 2013 – 13:22 WIB

Bagas korban perbudakan pabri kuali (kedua dari kiri) memberikan keterangan kepada wartawan pada jumpa pers KontraS dan korban perbudakan di pabrik kuali di kantor KontraS Jl Borobudur No. 14 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/5). Foto: Ricardo/ JPNN
"Saya mulai kerja setengah 6 pagi sampai jam 10 malam. Dipukulin kalau lama kerjanya. Dikasih makan di sana, lauknya tahu dan tempe. Enggak ada jam istrihatnya," sambung Bagas.
Setelah bekerja dengan debu dan semua material kuali yang menempel di tubuh kurus mereka, Bagas mengaku mereka tak punya cukup waktu untuk mandi membersihkan diri. Kalaupun mandi, mereka diberikan sabun colek yang seharusnya dipakai untuk mencuci pakaian dan mencuci piring. Pakaian yang dipakai hanya satu setelan. Itupun dicuci setiap malam dan dipakai keesokan harinya dalam keadaan basah atau lembab.
"Saya mandi dengan sabun colek selama 6 bulan. Itu dikasih satu buat bertiga. Belum pernah dapat sabun biasa. Odol pun enggak ada. Sikat gigi, saya nemu. Pakainya ngantri sama yang lain," tutur Bagas.
Setelah bekerja seharian, Bagas mengaku tak dapat tidur nyenyak. Kamarnya pengap. Hanya ada kasur kecil seadanya yang kotor dan bau.
JAKARTA - Kisah pekerja pabrik kuali di Tangerang, Banten penuh kepiluan. Tak hanya mendapat kekerasan, para buruh ini juga diperlakukan tidak selayaknya
BERITA TERKAIT
- 5 Berita Terpopuler: Tes PPPK Tahap Dua Dimulai, Honorer Kesulitan Cetak Kartu Ujian, Presiden Sampai Turun Tangan
- Astaga! Banyak Nama Terungkap dalam Sidang Dugaan Korupsi Mbak Ita
- Gaji sebagai Honorer Langsung Dihentikan, tetapi Bikin Senang
- Kasus Viral Ini Harus jadi Pelajaran Seluruh PPPK, Jangan Main-main
- Sidang Dakwaan Mbak Ita, Jaksa KPK Soroti Peran Suaminya sebagai Perantara
- Penyebab Utama Kartu Tes PPPK Tahap 2 Belum Bisa Dicetak, Jangan Panik ya