Pertamina Membukukan Laba Bersih USD 2,66 Miliar hingga Oktober 2024

Sementara itu, sektor hulu mengalami penurunan akibat fluktuasi harga minyak dunia.
"Revenue menurun ini karena didominasi oleh harga komoditas dunia, sehingga kita bisa memaksimalkan posisi-posisi di-downstream lebih profitable. Sementara, di hulu memang terkoreksi karena harga minyak dunia juga menurun," ucap Wiko.
Di tengah tekanan bisnis pada 2024, sektor midstream, khususnya kilang, menghadapi tantangan berat.
Situasi ini juga dialami oleh kilang-kilang di berbagai negara yang harus berjuang untuk menjaga kelangsungan operasional.
Namun, Pertamina tetap berupaya menjaga stabilitas bisnisnya melalui berbagai strategi efisiensi dan investasi.
"Kami perlu menceritakan bahwa di tahun 2024 ini kita mengalami situasi yang sangat memberikan pressure di business midstream, khususnya di kilang. Dan ini dibuktikan dengan hal serupa terjadi juga di banyaknya kilang-kilang di dunia yang harus struggle untuk menjalankan operasionalnya," terangnya.
Selama 2024, Pertamina telah mengalokasikan investasi sebesar USD 4,7 miliar untuk mendukung berbagai proyek strategis, dengan prioritas pada sektor hulu yang bertujuan meningkatkan produksi minyak.
Pertamina juga menunjukkan keberhasilannya dalam optimalisasi biaya, mencatatkan efisiensi sebesar USD 780 juta sepanjang 2024.
Pertamina membukukan laba bersih USD 2,66 miliar atau lebih dari Rp 42 triliun hingga Oktober 2024.
- Keren! Rumah Tamadun Ubah Limbah Jadi Lapangan Kerja Bagi Perempuan dan Warga Binaan
- Perjalanan Gemilang 62 Tahun TASPEN: Ini Sederet Inovasi dan Transformasi Layanan
- Kehadiran Rumah Layak Huni di Karawang Jadi Bukti Kepedulian Peruri
- Pelita Air dan Elnusa Berkolaborasi dalam Penyediaan Layanan Penerbangan Korporasi
- RUPST bank bjb Sepakat Tebar Dividen 65,50 Persen dari Laba Bersih 2024
- PertaLife Insurance Bukukan Premi Rp 1,25 Triliun, Kinerja Terbaik Sepanjang Sejarah