Pertamina Tunda Kenaikan Elpiji

Pertamina Tunda Kenaikan Elpiji
Pertamina Tunda Kenaikan Elpiji
Maklum Pertamina masih harus menangggung selisih harag jual, dimana harga keekonomian gas elpiji seharusnya Rp 7680,46 perkilogram, tetapi dijual ke konsumen Rp 5.850 perkilogram. Basuki mengatakan, kenaikan elpiji ini juga untuk menunjang perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendistribusian elpiji. "Fasilitas dan infrastruktur yang ada sekarang perlu perbaikan," lanjutnya.

Sementara itu, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengkhawatirkan jika harga elpiji non subsidi dilakukan hampir bersamaan dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "TDL, tarif tol, elpiji dan kereta api ekonomi antar kota, semuanya akan dinaikkan tahun ini. Kalau semuanya serentak dinaikkan, maka "itu akan pukul daya beli konsumen secara keseluruhan," ungkapnya.

Meskipun kenaikan elpiji non subsidi adalah termasuk aksi korporasi, namun Tulus berharap agar pemerintah hati-hati dalam menyetujui kenaikan harga elpiji non subsidi. Pemerintah harus memperhitungkan dengan matang terkait waktu kenaikan harga elpiji itu. "Masyarakat digencar dengan berbagai kenaikan harga tanpa adanya kenaikan pendapatan mereka. Saya berharap ini tidak serentak," ketusnya.

Selain berdampak pada daya beli konsumen, Ia juga memperkirakan kenaikan harga elpiji justru akan membuat bengkak subsidi elpiji dalam APBN. Menurut Tulus, kenaikan ini akan membuat para pemakai elpiji non subsidi akan bermigrasi menggunakan elpiji 3 kilogram yang disubsidi karena harganya jauh lebih murah. "Sekarang saja 10 persen pengguna elpiji 12 kilo sudah beralih menggunakan elpiji 3 kilo," jelasnya. (wir)

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terpaksa menunda rencana kenaikan harga gas elpiji non subsidi (ukuran 12 kilogram, 50 kilogram dan curah) sebesar


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News