Pertemuan Megawati-Jokowi Pertanda Reshuffle Makin Dekat?
jpnn.com, JAKARTA - Pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat pada 22 Oktober lalu, disinyalir membahas reshuffle Kabinet Kerja.
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyampaikan dugaannya itu cukup berdasar. Istana Batu Tulis merupakan tempat bersejarah bagi Megawati, sehingga tidak mungkin hanya berbicara masalah sepele dengan Presiden.
Belum lagi momentum merombak kabinet sudah terbentang.
"Pertemuan Jokowi dengan Megawati, sinyal reshuffle sudah mulai dekat. Pertemuan di Istana Batu Tulis beberapa waktu lalu bukan tidak mungkin juga ada agenda membahas soal reshuffle," ucap Pangi saat berbincang dengan jpnn.com, Kamis (26/10).
Pengamat yang akrab disapa Ipang ini juga melihat ada dua pintu masuk bagi mantan gubernur DKI Jakarta melakukan reshuffle.
Pertama adalah wacana mundurnya Menteri Sosial Khofifah Indar Pawaransa untuk maju di Pilgub Jatim.
Alasan kedua cukup politis, yakni mengevaluasi posisi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam barisan partai pendukung pemerintah yang dikomandoi PDIP. Terbaru, partai pimpinan Zulkifli Hasan menolak menyetujui Perppu Ormas.
"PAN dalam koalisi pemerintah seringkali berseberangan dan berbeda pandangan dan kebijakan dengan gerbong koalisi pemerintah. Kurang tertib dan kurang disiplinnya PAN menjadi pintu masuk reshuffle Kabinet Kerja," sebut direktur eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.
Selain itu, sekarang merupakan momentum reshuffle terakhir bagi Jokowi, demi efektifnya sisa periode pemerintahannya bersama Wapres Jusuf Kalla.
- Hasto PDIP: Bu Megawati Mencoblos di Kebagusan bareng Keluarga
- Tim Hukum RIDO Kecam Persekusi yang Dialami Sukarelawannya yang Pasang Stiker
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Agung Sebut Pilkada Jateng Jadi Ajang Pertarungan Efek Jokowi vs Megawati
- Ulas Putusan MK, Megawati Bicara Sanksi Pidana Bagi ASN & Anggota TNI/Polri yang Tak Netral
- Megawati Dengar Ada Institusi Negara Tak Netral Pas Pilkada, Sampai Pakai Intimidasi