Pertemuan Musik yang Tak Biasa
Kamis, 27 September 2018 – 11:37 WIB
jpnn.com, SURABAYA - Panggung Gedung Kesenian Cak Durasim diisi sebuah gong ageng, selondang, rebana, dan selo. Kombinasi alat musik tersebut memang terlihat tak biasa. Namun, alunan nada-nada yang dihasilkan menjadi komposisi indah di tangan kelompok musik Lawang. Kesenian berbasis Islam bernama hadrah merupakan format musik yang ditiru Lawang. ''Ini representasi kesenian hadrah. Bentuk kesenian dari Kota Pontianak dipilih sebagai ide dasar gagasan kami,'' ujar Rama, salah seorang penggawa Lawang.
Acara yang digagas Pertemuan Musik tersebut merupakan perayaan ke-61 tahun hari jadi mereka. Acara itu diadakan di tiga kota dalam waktu yang berdekatan, yaitu Surabaya, Pekanbaru, dan Jakarta. ''Temu Musik ini pertemuan dan kolaborasi para kreator musik, musisi, komunitas, musikolog, dan pencinta musik ya,'' jelas Direktur Pertemuan Musik Gema Swaratyagita.
Baca Juga:
Candra, komponis asal Jombang, menyebut bahwa komposisi tersebut berjudul Gaman. ''Gaman ini sejenis pisau, tapi lebih besar untuk memotong bambu dan kayu,'' ungkapnya. Candra terinspirasi dari suara-suara yang dihasilkan pandai besi saat membuat gaman. ''Suara-suara itu memang mengganggu dan tidak mengenakkan, tapi berhasil menjadi komposisi ini,'' tutur Candra.
Setelah alat-alat musik gesek, panggung diisi gamelan. Empat gender dan kumpulan gong siap dimainkan kelompok musik dari Solo. Karya komponis Wahyu Thoyib itu berjudul Aruhara. ''Menggambarkan dunia yang penuh kerusuhan,'' ucap Wahyu.
Baca Juga:
Selain penampilan dari beberapa kelompok dan komponis daerah, Temu Musik diawali lokakarya bersama Ubiet Raseuki. Ubiet menyatakan bahwa banyaknya nyanyian di Nusantara ini masih dipandang terbatas. ''Ketika ditanya, mereka menjawab musik Nusantara itu ya lagu Yamko Rambe Yamko atau Anak Kambing Saya,'' ujarnya. Namun, kata Ubiet, persepsi itu terasa kurang tepat. ''Ada tiga hal yang perlu digali, yakni warna suara, ornamen atau nada-nada hias, dan improvisasi setiap bagian,'' tandas musisi kelahiran Aceh tersebut. (dya/c14/tia)
Ada tiga hal yang perlu digali, yakni warna suara, ornamen atau nada-nada hias, dan improvisasi setiap bagian
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Mahalini Tetiba Batalkan Penampilannya di Bali, Ada Apa?
- Gelar Acara Musik DJ dan Langgar Prokes, Caspar Jakarta Disegel Satpol PP
- Ini Syarat Utama untuk Menggelar Konser Musik saat Pandemi
- Simak! Kabar Gembira untuk Para Pekerja Acara Hiburan dan Penyelenggara Konser
- Ini Jadwal Penyelenggaraan Billboard Music Awards 2021
- Tutup Acara Musik karena Tidur Terganggu, Wagub Sulsel Diprotes