Pertumbuhan Penjualan Ritel Sulit Tembus 10 Persen
jpnn.com, JAKARTA - Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel pada Agustus 2018 turun 4,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Karena itu, ekonomi makro yang bergejolak membuat pengusaha ritel membidik target pertumbuhan di level aman, yakni 5–7 persen.
Angka itu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pada awal tahun sebesar sepuluh persen.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengungkapkan, prediksi tersebut dipicu fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD dan pengenaan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 komoditas impor.
Tutum menyebut sebagian besar pengusaha ritel menjual produk yang berbahan baku impor.
’’Sehingga nilai tukar rupiah yang terus melemah semakin memberatkan,” ujar Tutum, Minggu (23/9).
Apabila tekanan rupiah terus berlanjut, lanjut dia, kinerja penjualan ritel cukup sulit untuk mencapai target awal sepuluh persen.
’’Tahun ini, untuk bisa tumbuh dua digit agak susah. Diperkirakan pertumbuhan penjualan ritel modern pada tahun ini hanya 5–7 persen,’’ tambah Tutum.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel pada Agustus 2018 turun 4,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
- Shipper dan APRINDO Hadirkan Solusi Nyata untuk UMKM Tembus Pasar Global
- Aprindo Bongkar Penyebab Harga Beras Naik di Toko Ritel, Ya Ampun!
- Luar Biasa! Pertamina SMEXPO 2023 Sukses Digelar, Omzet Penjualan Ritel Naik Fantastis
- Bicara di Diskusi Pameran Pangan, Ketua Aprindo Beber 3 Tip Bagi UMKM Naik Kelas
- Talkshow di Pameran Pangan Plus Rakernas PDIP, Ketua Aprindo Berbagi 3 Go agar UMKM Naik Kelas
- Diskusi Ketahanan Pangan di Rakernas IV PDIP: Aprindo Dorong Sensus Ekonomi Klaster UMKM