Pertumbuhan Penjualan Ritel Sulit Tembus 10 Persen
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menjelaskan, kekuatan ekonomi Indonesia selama ini dipangku konsumsi rumah tangga, sedangkan penjualan ritel menyumbang 60 persen.
”Tren penurunan ritel ini akan membuat kondisi perekonomian pada kuartal ketiga tidak akan jauh beda dengan kuartal ketiga 2017. Pada periode yang sama tahun lalu, perekonomian Indonesia tumbuh 5,06 persen,” ujar Lana.
Di samping itu, hal yang lebih memberatkan bagi pelaku usaha adalah saat harga bahan baku impor naik, peritel tak bisa langsung menaikkan harga di pasar.
’’Kami paling anti menaikkan harga karena itu keputusan paling sulit bagi kami. Besar sekali dampaknya, pada akhirnya kepada konsumsi masyarakat,’’ kata Ketua Umum Aprindo Roy Mandey.
Menurut Roy, biasanya ritel mulai menaikkan harga saat hulu mengalami eskalasi harga.
Misalnya karena ada kelangkaan barang produksi, biaya bahan baku naik, dan BBM naik yang memengaruhi kenaikan biaya produksi dan harga jual barang.
Saat ini, produksi dan pasokan barang kebutuhan pokok pangan untuk stok ritel cukup stabil. (agf/c17/oki)
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel pada Agustus 2018 turun 4,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Shipper dan APRINDO Hadirkan Solusi Nyata untuk UMKM Tembus Pasar Global
- Aprindo Bongkar Penyebab Harga Beras Naik di Toko Ritel, Ya Ampun!
- Luar Biasa! Pertamina SMEXPO 2023 Sukses Digelar, Omzet Penjualan Ritel Naik Fantastis
- Bicara di Diskusi Pameran Pangan, Ketua Aprindo Beber 3 Tip Bagi UMKM Naik Kelas
- Talkshow di Pameran Pangan Plus Rakernas PDIP, Ketua Aprindo Berbagi 3 Go agar UMKM Naik Kelas
- Diskusi Ketahanan Pangan di Rakernas IV PDIP: Aprindo Dorong Sensus Ekonomi Klaster UMKM