Perubahan Iklim Bisa Memicu Penyebaran Wabah Seperti Cacar Monyet dan Virus Ensefalitis Jepang
Virus tersebut dikenal sebagai penyakit zoonosis, yang disebabkan oleh kuman yang berpindah dari hewan ke manusia, kemudian menyebar di antara manusia.
Semua bukti menunjukkan COVID-19 memiliki asal-usul zoonosis.
Menurut laporan penelitian yang diterbitkan pada Jurnal Nature bulan April lalu, saat ini terdapat 10.000 virus yang beredar pada mamalia liar dan memiliki kapasitas untuk menginfeksi manusia.
Disebutkan, potensi penularan lintas spesies meningkat seiring perubahan iklim dan kedatangan manusia ke daerah di mana terjadi interaksi dengan hewan yang dulunya terisolasi secara geografis.
"Apa yang kami lihat saat ini adalah peningkatan frekuensi kejadian," kata Dr De Barro.
"Jadi katakanlah dalam 20 tahun terakhir, jauh lebih banyak wabah yang terkait dengan penyakit zoonosis daripada 20 tahun sebelumnya," tambahnya.
Ini mencakup pandemi flu babi, yang disebabkan oleh virus H1N1, dan wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1.
Salah satu temuan kunci laporan Jurnal Nature pada April lalu menyebut perubahan iklim dapat dengan mudah menjadi kekuatan dominan dalam transmisi virus lintas spesies yang akan berdampak pada kesehatan manusia dan risiko pandemi.
Penelitian terbaru memprediksi perubahan iklim akan meningkatkan peluang bagi penyebaran virus baru secara global
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
- UID Sukses Gelar Forum Merajut Masa Depan Indonesia
- Waka MPR Ajak Komunitas Peduli Lingkungan Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim