Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan di Atap Dunia Tibet

"Mayoritas warga Tibet yang tinggal di Tibet terus hidup sebagai penggembala dan petani, dan bagi banyak dari mereka mata pencahariannya menjadi sangat sulit dengan perubahan iklim," katanya.
"Perempuan yang mengumpulkan air dan kayu bakar untuk memasak dan makan harus melakukan perjalanan lebih jauh dari rumah mereka, dan banyak anak muda dan gembala harus melakukan perjalanan lebih jauh dengan ternak mereka untuk merumput.
"[Peternak] pasti menyadari betapa sulitnya mereka mendapatkan makanan, bagaimana iklimnya tidak dapat diprediksi, betapa tidak dapat diprediksi sumber airnya."
Peningkatan pasokan air juga disebutkan telah menyebabkan peningkatan banjir dan bencana alam di daerah tersebut, dan penduduk setempat kini beralih kepada dewa-dewa untuk mendapatkan jawaban.
"Banyak orang mencoba menggunakan epistemologi Buddhis untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita," kata Dolma.
"Mereka mengerti itu karena fakta bahwa kita manusia, kita melakukan hal-hal merusak lingkungan kita dan untuk membuat marah roh yang tinggal di daratan.
"Karena gangguan ini, semua tragedi ini terjadi dalam bentuk banjir dan kebakaran."
'Siklus penindasan dan perlawanan setan'
Ini bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi Tibet, wilayah dengan sejarah panjang kekacauan.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya