Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan di Atap Dunia Tibet
"Mayoritas warga Tibet yang tinggal di Tibet terus hidup sebagai penggembala dan petani, dan bagi banyak dari mereka mata pencahariannya menjadi sangat sulit dengan perubahan iklim," katanya.
"Perempuan yang mengumpulkan air dan kayu bakar untuk memasak dan makan harus melakukan perjalanan lebih jauh dari rumah mereka, dan banyak anak muda dan gembala harus melakukan perjalanan lebih jauh dengan ternak mereka untuk merumput.
"[Peternak] pasti menyadari betapa sulitnya mereka mendapatkan makanan, bagaimana iklimnya tidak dapat diprediksi, betapa tidak dapat diprediksi sumber airnya."
Peningkatan pasokan air juga disebutkan telah menyebabkan peningkatan banjir dan bencana alam di daerah tersebut, dan penduduk setempat kini beralih kepada dewa-dewa untuk mendapatkan jawaban.
"Banyak orang mencoba menggunakan epistemologi Buddhis untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita," kata Dolma.
"Mereka mengerti itu karena fakta bahwa kita manusia, kita melakukan hal-hal merusak lingkungan kita dan untuk membuat marah roh yang tinggal di daratan.
"Karena gangguan ini, semua tragedi ini terjadi dalam bentuk banjir dan kebakaran."
'Siklus penindasan dan perlawanan setan'
Ini bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi Tibet, wilayah dengan sejarah panjang kekacauan.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata