Perubahan Kurikulum Akibat Faktor Kebutuhan
Minggu, 19 Juni 2011 – 23:16 WIB
JAKARTA - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh membantah anggapan yang menyebutkan bahwa setiap pergantian Mendiknas, maka selalu diikuti dengan pergantian kurikulum yang diterapkan di sekolah semua jenjang pendidikan. Menurutnya, anggapan itu salah besar, karena perubahan kurikulum itu didasarkan pada faktor kebutuhan. "Nah, maka dari itu, saat ini akhirnya kami harus melakukan peninjauan ulang atau mereview kembali kurikulum tahun 2006 tersebut dan mempertimbangkan usulan dari berbagai pihak untuk memasukkan kata Pancasila. Sehingga, dapat dimungkinkan pendidikan Pancasila tersebut bisa lebih berkembang di dalam dunia pendidikan kita, " papar Nuh.
"Tidak benar jika setiap gonta ganti menteri diiukuti gontan ganti kurikulum. Perubahan kurikulum itu terjadi karena faktor kebutuhan," ungkap Nuh kepada JPNN di Jakarta, Minggu (19/6).
Nuh mencontohkan, masalah terakhir yang ramai menjadi perbincangan seluruh masyarakat adalah masalah kurikulum Pancasila, khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut menjelaskan, kurikulum untuk PKn tersebut sebenarnya sudah disusun sejak tahun 2006 lalu. Namun karena adanya perkembangan pendidikan dan pengetahuan, akhirnya masyarakat mendesak agar pendidikan pancasila lebih ditonjolkan di dalam PKn.
Baca Juga:
JAKARTA - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh membantah anggapan yang menyebutkan bahwa setiap pergantian Mendiknas, maka selalu diikuti
BERITA TERKAIT
- Cerita Mendikdasmen Abdul Mu'ti Baru Menjabat Sudah Kena Omelan, Kocak
- Dituding Kampus Abal-Abal, UIPM Tunjukkan Bukti Terdaftar di Kemenkumham RI
- Jadi Ketum KAGAMA, Basuki Hadimuljono Berkomitmen Lanjutkan Program Ganjar Pranowo
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Makan Bergizi Gratis Membentuk Karakter & Kepribadian Mulia
- Buntut Penangguhan Gelar Doktor Bahlil, Deolipa Minta 2 Dekan UI Mundur dari Jabatannya
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Sampaikan Pesan Prabowo soal Kurikulum Merdeka, Alon-Alon