Perusahaan Israel Jual Susu Lebih Murah
Sebuah perusahaan Israel yang berbasis di Papua Nugini, Inovatif Agro, sudah mulai memproduksi berbagai jenis produk susu segar di dekat ibukota Port Moresby, Papua Nugini.
Perusahaan susu asal Israel di Papua Nugini
- Fasilitas milik perusahaan Israell di Papua Nugini bernilai Rp 500 miliar
- Ada 500 ekor sapi untuk pasokan susu yang berada di peternakan di pinggiran kota Port Moresby
- Sekitar 200 warga Papua Nugini bekerja di pabrik susu tersebut
Susu peternakan sapi perah dijual dengan harga separuh dari harga susu impor asal Australia dan Selandia Baru. Sebagian alasannya karena tarif impor yang baru diperkenalkan di Papua Nugini.
Perusahaan tersebut mengatakan peternakannya termasuk mandiri, dengan menghasilkan 80 persen pakannya sendiri di atas lahan seluas 260 hektar, serta menggunakan air tanah dan tenaga surya untuk air cadangan.
"Kami melakukan secara ekonomi, model bisnis, dan studi kelayakan, semua terpenuhi dan kami meneruskan proyek ini," kata direktur eksekutif Ilan Weiss.
Susu, yogurt dan es krim buatan lokal bisa menggantikan produk susu impor yang berasal dari Australia dan Selandia Baru. Kedua negara ini merupakan eksportir utama produk susu ke Papua Nugini.
Untuk anggaran 2018., pemerintah Papua Nugini membebankan tarif tinggi pada importir susu dan Weiss mengatakan susu lokal akan tetap lebih murah daripada impor.
"Kami melihat penurunan harga 50 persen, jadi jika satu liter susu impor adalah K12.60 [lebih dari Rp 50.000], maka harga yang disepakati dengan pengecer di Port Moresby adalah K6.60, lebih dari [Rp 25.000]," katanya.
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan