Perusuh Bocor

Oleh: Dahlan Iskan

Perusuh Bocor
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Selebihnya pilih pindah ke "Rumah Manado". Itulah rumah kayu yang kami beli dari Manado. Dikirim pakai kapal. Dipasang ulang di wilayah pedesaan berbukit di Mojokerto ini. Umurnya sudah lebih 25 tahun.

Lantai atasnya ada tiga kamar. Masih ada ruang keluarga. Kebetulan malam itu sepak bola Indonesia melawan Vietnam. Mereka nonton di situ. Lesehan di lantai berkasur.

Sampai keesokan harinya banyak yang tidak tahu kalau Indonesia kalah. Mereka sudah "tewas" ketika posisi masih 0-0.

Dokter Sandra Widjajahakim dan suami berada di kamar depan. Nicky dan Dewi di kamar samping. Rani di kamar belakang. Selebihnya di ruang keluarga.

Nicky dan Dewi harus ikut bermalam di situ: besok paginya mereka yang jadi pelatih senam di halaman tengah. Yakni di dekat "lorong bambu" yang panjang.

Suami dokter, Hady Marzuki, pilih tidak ikut senam. Sejak dari Jakarta dia membawa alat pruning.

Dia pilih keliling kebun memotongi ranting-ranting jambu putih, juwet putih, rambutan binjai, kelengkeng merah, jeruk Bali, dan banyak lagi.

Siangnya saya lihat banyak kulit rambutan berserakan –tanpa saya menuduhnya melakukan pruning sekalian merasakan rambutannya.

Rumah bambu itu bocor. Rumah baru. Air menetes ke lantai. Nasib sebagian Perusuh Disway kali ini ternyata kurang baik. Inilah musim hujan pertama...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News