Pesan Habibie untuk Ilmuwan Indonesia di Belanda, Mengharukan

Pesan Habibie untuk Ilmuwan Indonesia di Belanda, Mengharukan
Dwi Hartanto bersama dengan B.J. Habibie di Den Haag. Foto: Dokumen Pribadi

Salah satunya adalah Prof Dr Juliana Sutanto. Perempuan kelahiran Manado, 14 Juli 1980, tersebut sekarang menjadi direktur Master Program E-Business and Innovation Lancaster University, Inggris, sejak Agustus lalu.

Juliana mengaku senang bisa pulang ke tanah air memenuhi undangan Kemenristekdikti. Apalagi diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman menjadi ilmuwan di negeri orang di hadapan para akademisi di Jakarta maupun di Universitas Sam Ratulangi Manado. ”Saya seperti pulang kampung,” ungkap alumnus SMA Binaan Khusus Manado itu.

Juliana menceritakan, setelah lulus SMA, dirinya mendapatkan beasiswa ke National University of Singapore.

Dia mengambil jurusan sistem informasi yang salah satunya ditujukan untuk membuat aplikasi atau program komputer.

”Meskipun saat awal masuk kuliah masih belum tahu apa itu komputer. Nyalain komputer saja kesulitan,” kenangnya.

Dia harus mengejar ketertinggalan. Hingga akhirnya bisa lulus pada 2003, Juliana langsung ditawari untuk melanjutkan studi ke program doktor. Dia tidak melewati program magister atau S-2.

Setelah lulus S-3 (doktor) pun, Juliana langsung mendapatkan tawaran untuk menjadi chair of management information system Department of Management, Technology and Economics (D-MTEC) ETH Zurich, Swiss. ”Saya di ETH Zurich selama tujuh tahun, lalu pindah ke UK (United Kingdom, Red),” imbuh dia.

Sekali lagi Juliana juga melakukan lompatan dari jenjang assistant professor di ETH Zurich langsung menjadi full professor di Lancaster University, Inggris.

PARA ilmuwan diaspora yang tersebar di seluruh dunia dipanggil pemerintah. Selama sepekan mereka diminta menularkan ilmu untuk meningkatkan mutu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News