Pesan Sri Paus Fransiskus dan Pilkada di Indonesia

Oleh: Laurens Ikinia - Wakil Direktur Institute of Paci?c Studies Universitas Kristen Indonesia Jakarta

Pesan Sri Paus Fransiskus dan Pilkada di Indonesia
Wakil Direktur Institute of Pacific Studies Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Laurens Ikinia. Foto: Dokumentasi pribadi

Di kota yang berpotensi menjadi sinking city sering menjadi host city untuk dialog dan pertemuan internasional yang membahas ihwal perubahan iklim dan pentingnya menyelamatkan bumi. Salah satu yang terbaru adalah lawatan Sri Paus. Bapa Suci menganjurkan agar Pemerintah Indonesia memiliki kehendak baik untuk menyelamatkan dan melindungi hutan.

Kunjungan Paus ke-266 itu juga menjadi momen bersejarah untuk merekatkan dan menguatkan nilai-nilai pluralitas yang dimiliki bangsa Indonesia. Berikut ini adalah penggalan kalimat dari sambutan Paus ketika melakukan pertemuan diplomatik dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, 4 September.

“Dapat dikatakan bahwa sebagaimana samudera adalah unsur alami yang menyatukan seluruh kepulauan di Indonesia, demikian pun sikap saling menghargai terhadap kekhasan karakteristik budaya, etnis, bahasa, dan agama dari semua kelompok yang ada di Indonesia adalah kerangka yang tak tergantikan dan menyatukan yang membuat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersatu dan bangga.”

Penggalan kalimat di atas merupakan sebuah pengakuan atas keniscayaan yang ada pada negara bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika sekaligus sebuah panggilan kerasulan untuk bangsa Indonesia.

Kehadiran Paus kelahiran Buenos Aires, Argentina pada 17 Desember 1936 itu meninggalkan pesan tersirat kepada pemerintah agar menjalankan roda pemerintahan yang tidak memecah bela bangsa.

Satu pengalaman iman yang rakyat Indonesia tidak duga, namun dialami adalah kehadiran Paus mendatangkan penghiburan batin atas kondisi bangsa yang tidak baik-baik saja. Kebijakan negara yang tidak membawa rakyat keluar dari garis kemiskinan, praktek ketidakadilan yang masih merajalela, korupsi yang terkesan endemik dan sistemik, perampasan tanah adat milik masyarakat pribumi oleh perusahaan-perusahaan raksasa atas izin pemerintah, dan sistem ekonomi yang mendatangkan keuntungan bagi segelintir orang adalah sebagian faktor-faktor yang menimbulkan kondisi bangsa tidak baik-baik saja.

Sebentar lagi pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, bangsa Indonesia akan menyambut pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota. Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak akan dilaksanakan pada 27 November.

Publik akan mengawal proses jalannya pilkada. Berkaca pada pemilihan presiden yang diduga ada “cawe-cawe” Presiden, dalam ingatan kolektif para pecinta demokrasi ada kemungkinan cawe-cawe dari pemerintahan yang akan memimpin. Mungkinkah hal itu akan terjadi? Hanya waktu yang akan menjawab. Tugas semua elemen masyarakat adalah bersama-sama menjaga nilai-nilai demokrasi yang jujur, adik dan terbuka.

Paus Fransiskus untuk pertama kalinya melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia dan tiga negara sahabat, Papua New Guinea, Timor Leste, dan Singapura.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News