Pesantren Pertama di Amerika
Oleh Dahlan Iskan
Kami pun makan bersama. Seadanya. Di meja darurat. Bersama dua tukang lainnya.
Mas Ratno menyediakan burger. Yang dibeli dari restoran cepat saji.
Saya membawa kotak mie renyah dari restoran Vietnam di Boston. Sambil ngobrol.
Renovasi ini lagi dikebut. Tanggal 9 Juni nanti Imam Shamsi Ali ke sini. Ada acara berbuka persama. Dengan masyarakat sekitar. Tanpa memandang agamanya.
Salah satu menu yang disiapkan: sate. Dalam acara seperti itu yang diundang biasanya juga membawa makanan.
Saya tahu Imam Shamsi Ali lagi sibuk. Terutama di bulan puasa seperti ini. Saya minta agar beliau jangan memaksakan diri ke lokasi. Untuk menemui saya. Yang jaraknya dua jam dari New York.
Mas Ratno ternyata hanya Jawa dari nama depannya saja. Ia asli Gorontalo. Terlihat dari nama belakangnya.
Sudah lebih 30 tahun di New York. Sudah warga negara Amerika. Bahkan anak laki-lakinya jadi tentara Amerika.