Pesawat Lion Air PK-LQP Alami Masalah Sensor AOA
Dua upaya pertama Lion Air untuk mengatasi masalah indikator kecepatan udara ini tidak berhasil, dan pada penerbangan kedua terakhir pesawat Boeing 737 MAX 8 pada 28 Oktober, alat sensor 'angle of attack' ini diganti, kata Tjahjono.
Pada penerbangan tersebut, dari Bali ke Jakarta, sensor bagi pilot dan co-pilot berlainan.
Photo: Para penyidik mengatakan masalah pada indikator kecepatan terjadi juga pada masing-masing dari empat penerbangan, termasuk penerbangan fatal pada 29 Oktober. (ABC)
Pesawat yang baru berusia dua bulan itu secara tiba-tiba mengalami penurunan ketinggian hanya beberapa menit setelah lepas landas, namun pilot berhasil mengendalikannya.
Mereka memutuskan untuk tetap terbang ke Jakarta pada ketinggian yang lebih rendah dari ketinggian normal.
Penyidik Indonesia mengatakan bahwa rekomendasi prosedur penerbangan mereka untuk Boeing didasarkan pada bagaimana awak penerbangan menanggapi masalah yang terjadi pada penerbangan dari Bali ke Jakarta.
"Rancangan [rekomendasi] apa yang akan disampaikan oleh Boeing pagi ini telah disampaikan kepada kami," kata penyidik kecelakaan udara Nurcahyo Utomo.
"Ada beberapa hal yang kami minta penjelasan dan beberapa yang kami minta untuk dihapus, dan telah ada kesepakatan antara KNKT dan Boeing untuk merilis prosedur yang baru bagi semua pengguna Boeing 737 MAX di dunia."
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata