Pesawat N219 Kurang Dana untuk Penuhi Jam Terbang
Dia mengatakan, sedang dikaji klausul-klausul pendanaan riset pesawat N219. Di antaranya melibatkan pihak swasta.
Tinggal bagaimana membuat regulasi supaya pihak swasta bisa masuk bersama Lapan dan PT Dirgantara Indonesia (DI) selaku pelaksana proyek pesawat nasional N-219.
Kepala Kapan Thomas Djamaluddin membenarkan bahwa kondisi saat ini ada kekurangan biaya sertifikasi.
Dia menjelaskan di Lapan sejatinya ada biaya sertifikasi pesawat N219 di APBN. Tetapi jumlahnya tidak cukup.
"Untuk sertifikasi butuh 340 jam. Tahun lalu sudah 16 jam terbang," jelasnya.
Di Lapan sudah ada anggaran untuk jam terbang sertifikasi sebesar Rp 37,4 miliar. Dia mengungkapkan dana itu masih kurang Rp 81,8 miliar. Sebab, total biaya untuk sertifikasi terbang mencapai Rp 119 miliar.
Untuk mempercepat proses sertifikasi, kewajiban 340 jam terbang akan dikebut dengan dua unit pesawat N219. Untuk pesawat unit kedua, direncanakan sudah siap terbang pada Maret-April depan. "InsyaAllah 2018 (proses sertifikasi, red) tuntas," katanya. (wan/ttg)
Pesawat N219 (Nurtanio) butuh 340 jam terbang untuk syarat sertifikasi. Sekali terbang dibutuhkan anggaran sampai Rp 250 juta.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Hamdalah, Pesawat N219 Terima Type Certificate, Siap Diproduksi
- Di Luar Negeri, Pilot tak Kejar Jam Terbang, Mengapa?
- Bandingkan Gaji Pilot Asing dengan Lokal, Jauh
- Gubernur Ingin Beli Pesawat N219 untuk Ambulans
- Pesawat N219 Karya Anak Bangsa, 100 Persen
- Pesawat N219 Kado Spesial HUT RI, Diterbangkan Pilot Perempuan