Pet, Nyerempet Sejarah Topi Copet
Senin, 15 April 2019 – 13:53 WIB

Para loper koran dengan topi copet. Foto: Capture Gentlemans Gazette.
Antara abad 19 dan 20, ketika imigran Eropa ramai-ramai datang ke Amerika, “lihat saja foto-fotonya. Flat cap menghiasi kepala orang-orang dalam gelombang imigrasi besar-besaran itu,” terang Hendri seraya memperlihatkan foto hitam putih dari kelampauan.
Merujuk literasi yang disodorkan Hendri, ternyata di luar negeri flat cap dikenal juga dengan nama paddy cap, cabbie cap, longshoreman’s cap, scally cap, wigens cap, ivy cap, golf cap, duffer cap, driving cap, bicycle cap, Jeff cap, bunnet, Dai cap, cheese-cutter.
Entah bagaimana pula pangkal mulanya, orang yang memakai flat cap kerap diindetikkan sebagai seniman. Pelukis kenamaan dunia, Pablo Picasso (lahir Spanyol, 1881) khas dengan flat cap.
Di Indonesia, flat cap antara lain menjadi ciri khas sutradara Putu Wijaya dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
DI negeri asalnya, topi jenis ini disebut newsboys. Ciri khas anak-anak penjaja koran. Di perantauan, topi ini beragam nama. Yang paling atraktif di Indonesia; topi copet.
BERITA TERKAIT
- Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto
- Bangsa Pelupa dan Pemaaf, Sebuah Refleksi Tentang Karakter Kolektif Indonesia
- Apes, Belasan Pengunjung Festival di Magetan Jadi Korban Copet
- Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai