Petani Didorong Gunakan Kedelai Lokal & Pakai Sistem Methuk untuk Mengurangi Impor
Sementara Narasumber MSPP, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan akselarasi tanaman kedelai untuk petani yang existing perbenihannya terus ditingkatkan.
"Dulu menanam kedelai kurang menarik, petani lebih memilih tanaman lainnya, namun di saat musibah saat ini yaitu akibat perubahan iklim dan pandemi Covid-19 membawa anugerah bagi petani kedelai kita, ini yang dinamakan sengsara membawa berkah," ujar Suwandi.
Dia menambahkan jika Kementan menawarkan beberapa konsep, yaitu pertama adalah petani yang selama ini menamam kedelai existing diakselerasi dan ditingkatkan luasnya dan kualitasnya.
Konsep kedua ialah pengenalan daerah-daerah baru akan tetapi yang dulu pernah ikut program Kementan, yaitu petani yang dulu tanam jagung diselangi dengan kedelai atau tanaman lainnya.
"Belajarlah dari Kabupaten Kendal dan Grobogan yang sudah menggunakan sistem methuk atau tumpang sisip, yaitu 20 hari sebelum panen jagung sudah ditugal-tugal ditanam kedelai. Jadi, pada saat panen jagung, kedelainya sudah tumbuh umur 25 sampai 30 hari karena kedelai banyak di lahan kering,”ujar Suwandi.
“Dengan pola sistem methuk kebutuhan air terbantu dari air hujan. Penyuluh tolong lakukan edukasi kepada petani tentang sistem methuk ini," tambahnya. (rhs/jpnn)
Kualitas kedelai lokal lebih bagus dibanding yang impor. Karena itu, Petani didorong menggunakan kedelai dalam negeri.
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Pupuk Indonesia Percepat Penebusan Pupuk Subsidi di Wonogiri untuk Dukung Musim Tanam
- Pupuk Indonesia dan Wapres Ajak Petani Tebus Pupuk Bersubsidi di Kegiatan Rembuk Tani
- Sambut Musim Tanam, Pupuk Indonesia Gelar Rembuk Tani
- Bertambah Lagi, Desa Energi Berdikari Pertamina Hadir di Indramayu
- Bagaimana Cara Daftar Brigade Swasembada Pangan? Ini Penjelasan Kepala BPPSDMP Kementan