Petani Kakao Sulawesi Minta Firli Mengusut Dugaan Penyelewengan Pupuk Bersubsidi

Petani Kakao Sulawesi Minta Firli Mengusut Dugaan Penyelewengan Pupuk Bersubsidi
Ketua Komunitas Petani Kakao Luwu Timur, Ahmad Rizal bersama sejumlah petani kakao di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan berunjuk rasa meminta Ketua KPK Firli Bahuri mengusut dugaan penyelewenangan pupuk bersubsidi. Foto: Komunitas Petani Kakao Luwu Timur

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah petani kakao di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan meminta Ketua KPK Firli Bahuri untuk mengusut dugaan penyelewengan tata kelola pupuk bersubsidi.

Hal itu dianggap penting di tengah fenomena langkanya pupuk bersubsidi yang dapat mengancam produksi pangan petani.

“Hanya beberapa yang dapat (pupuk subsidi), terus ada salah sasaran juga, yang seharusnya bisa dapat malah tidak dapat,” kata Ketua Komunitas Petani Kakao Luwu Timur, Ahmad Rizal, Rabu (2/11), saat berunjuk aspirasi di Kecamatan Wotu.

Rizal khawatir kelangkaan tersebut nantinya membuat kualitas produksi menurun sehingga harga jual jadi jeblok.

Sementara, lanjutnya, membeli pupuk nonsubsidi dirasa memberatkan petani mengingat harganya sangat mahal.

“Urea subsidi kisaran Rp 120.000-135.000 satu zak (50 kg) sudah dengan ongkos bongkar, nonsubsidi mencapai kisaran Rp350.000. NPK Phonska subsidi kisaran Rp 160.000 – Rp 170.000 nonsubsidi Rp 350.000 sampai sekitar Rp. 450.000,” ungkapnya.

Dia menyatakan, mahalnya harga pupuk nonsubsidi tak sebanding dengan pendapatan petani. Terlebih saat ini harga-harga kebutuhan pokok dan biaya produksi selain pupuk juga makin mahal.

Meski demikian, kata dia, banyak petani yang terpaksa membeli dengan mengupayakan segala cara.

Sejumlah petani kakao di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan meminta Ketua KPK Firli Bahuri untuk mengusut dugaan penyelewengan pupuk bersubsidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News